Minggu, 21 November 2010

KARYA TULIS ILMIAH

KTI Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
Suhardjono, 2009
1
tanya-jawab di sekitar
Karya Tulis Ilmiah
dalam Kegiatan Pengembangan Profesi Guru1
Suhardjono2
Pengantar
Guru profesional dituntut tidak hanya melaksanakan, tetapi juga
harus mengembangan profesinya. Hanya bagi mereka yang
mampu mengembangkan profesinya, diberikan penghargaaan,
antara lain dengan kenaikan pangkat/golongan.
Setiap macam kegiatan pengembangan profesi, diberikan nilai
(disebut sebagai Angka Kredit Pengembangan Profesi). Kenaikan
golongan IVa ke atas, menuntut sedikitnya 12 angka kredit.
Menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) merupakan salah satu bentuk
kegiatan pengembangan profesi guru. Saat ini, macam KTI yang
banyak diminati guru adalah KTI hasil penelitian, yang berupa
laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas.
1. Apakah kegiatan Pengembangan Profesi HARUS melalui Karya Tulis Ilmiah ?
TIDAK. Terdapat 5 macam kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan baik oleh pengawas sekolah
maupun guru, yaitu
pengawas guru
• membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI),
• menemukan Teknologi Tepat Guna,
• menciptakan karya seni
• menyusun pedoman pelaksanaan pengawasan, dan
• menyusun petunjuk teknis pelaksanaan pengawasan
sekolah
• membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI),
• menemukan Teknologi Tepat Guna,
• membuat alat peraga/bimbingan,
• menciptakan karya seni, dan
• mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
Jadi, membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) hanya merupakan salah satu bentuk dari kegiatan pengembangan
profesi. Masih ada berbagai kegiatan yang lain.
2. Apakah KTI harus berupa laporan penelitian?
TIDAK. KTI tidak harus berupa laporan hasil penelitian. Terdapat 7 (tujuh) macam karya tulis ilmiah dan salah
satu di antaranya adalah Karya Tulis Ilmiah (KTI) hasil penelitian.
Macam KTI adalah sebagai berikut:
pengawas guru
1. KTI hasil penelitian
2. KTI tinjauan/ulasan ilmiah
3. Tulisan Ilmiah Populer
4. Prasaran disampaikan dalam
pertemuan ilmiah
5. Buku
1. KTI hasil penelitian
2. KTI tinjauan/ulasan ilmiah
3. Tulisan Ilmiah Populer
4. Prasaran disampaikan dalam
pertemuan ilmiah
5. Buku
6. Diktat
7. Karya terjemahan
1 Makalah bahan diskusi pada Rapat Koordinasi KTI on-Line, 17-20 Februari 2009, Hotel Sahid Surabaya
2 Prof. Dr. Ir. Suhardjono, MPd., Dipl.HE, Anggota Tim Teknis Penatar dan Penilai KTI dalam Pengembangan Profesi Guru
8 suhardjono 2008
Makin banyak guru profesional,
makinmeningkatmutu pendidikan.
Bagi guru profesional wajibmendapat
penghargaan, di antaranya dengan
kenaikan pangkat golongannya.
Seharusnya….
KTI Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
Suhardjono, 2009
2
3. Bagaimana Hubungan KTI dengan Kegiatan Penelitian?
Karya Tulis Ilmiah (selanjutnya disingkat KTI) pada dasarnya merupakan laporan tertulis tentang (hasil)
suatu kegiatan ilmiah.
Kegiatan ilmiah itu banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah (= KTI) juga beragam. Ada yang
berbentuk laporan penelitian, tulisan ilmiah populer, buku, diktat dan lain-lain.
KTI juga berbeda dalam bentuk penyajiannya sehubungan dengan berbedanya tujuan penulisan serta
media yang menerbitkannya.
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah. Sehingga, laporan hasil penelitian juga merupakan Karya Tulis
Ilmiah.
Bila seorang guru menulis KTI (dengan benar) maka kepadanya diberikan penghargaan, berupa angka
kredit yang dapat dipakai untuk memenuhi persyaratan dalam usulan kenaikan pangkat/jabatannya.
Meskipun berbeda macam dan besaran angka kreditnya, semua KTI (sebagai tulisan yang bersifat
ilmiah) mempunyai kesamaan, yaitu:
• hal yang dipermasalahkan berada pada kawasan pengetahuan keilmuan
• kebenaran isinya mengacu kepada kebenaran ilmiah
• kerangka sajiannya mencerminan penerapan metode ilmiah
• tampilan fisiknya sesuai dengan tata cara penulisan karya ilmiah
4. Berapa besar Angka Kredit KTI?
Besarnya angka kredit KTI berbeda-beda tergantung pada macam dan lingkup publikasinya. Berdasar
aturan yang berlaku, KTI yang berangka kredit tertinggi (12,5 angka kredit) adalah KTI hasil penelitian
perorangan yang dipublikasi dalam bentuk buku. Dan yang terendah bernilai 1 angka kredit, untuk KTI
yang berupa diktat.
Besara angka kredit KTI pada kegiatan pengembangan profesi guru yang terdiri dari 7 (tujuh)
macam, adalah sebagai berikut:
No Macam KTI Macam publikasinya Angka
kredit
Berupa buku yang diedarkan secara nasional 12,5
Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada
majalah ilmiah yang diakui oleh Depdiknas
6,0
Berupa buku yang tidak diedarkan secara
nasional
6,0
1 KTI hasil penelitian, pengkajian,
survei dan atau evaluasi
Berupa makalah 4,0
Berupa buku yang diedarkan secara nasional 8,0
Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada
majalah ilmiah yang diakui oleh Depdiknas
4,0
Berupa buku yang tidak diedarkan secara
nasional
7,0
2 KTI yang merupakan tinjuan atau
gagasan sendiri dalam bidang
pendidikan
Berupa makalah 3,5
3 KTI yang berupa tulisan ilmiah
popular yang disebarkan melalui
media masa
Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada
media masa
2,0
4 KTI yang berupa tinjuan, gagasan,
atau ulasan ilmiah yang
disampaikan sebagai prasaran
dalam pertemuan ilmiah
Berupa makalah dari prasaran yang disampaikan
pada pertemuan ilmiah
2,5
Berupa buku yang bertaraf 5 KTI yang berupa buku pelajaran nasional 5
Berupa buku yang bertaraf propinsi 3
6 KTI yang berupa diktat pelajaran Berupa diktat yang digunakan di sekolahnya 1
KTI Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
Suhardjono, 2009
3
salah satu tujuan kegiatan
pengembangan profesi,
adalah dilakukannya
kegiatan nyata di kelas
yang harus dilakukan dengan
kaidah keilmuan,
pelaksanaan penelitian
tindakan di dalam kelas
diyakini makin layak untuk
menjadi prioritas
7 KTI yang berupa karya terjemahan Berupa karya terjemahan buku pelajaran/ karya
ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan
2.5
Dari tabel di atas juga terlihat bahwa KTI yang berupa laporan hasil penelitian dapat dipakai
sebagai salah satu macam kegiatan pengembangan profesi tenaga pendidik.
Bahkan, akhir-akhir ini kegiatan membuat KTI yang berupa laporan hasil penelitian tindakan sekolah
(PTS) bagi guru dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) bagi pengawas sekolah, menunjukan jumlah
yang makin meningkat.
5. Mengapa KTI Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Makin Diminati?
KTI hasil penelitian tindakan kelas (PTK) makin banyak dipakai sebagai kegiatan pengembangan
profesi guru, di antaranya karena:
1. Para guru memahami bahwa salah satu tujuan kegiatan pengembangan profesi, adalah dilakukannya
kegiatan nyata di kelasnya. Dan ditujukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajarannya. Bagi sebagian besar guru, melakukan kegiatan seperti itu, sudah biasa dilakukan
2. Kegiatan tersebut, harus dilaksanakan dengan menggunakan
kaidah-kaidah ilmiah, karena hanya dengan cara itu, mereka
akan dapat mengembangan profesinya.
3. Kegiatan itu, dapat berupa pelaksanaan penelitian
tindakan di dalam kelas yang diyakini makin layak untuk
menjadi prioritas Pada kegiatan pembelajaran, tindakan yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran adalah
dengan “menguji atau menerapkan” hal-hal “baru” dalam
praktik pembelajarannya.
4. Banyak inovasi baru dalam pembelajaran, terutama dalam
praktik pembelajaran (misalnya penerapan teori konstruktivistik
dalam upaya mendukung pelaksanaan KBK) memerlukan verifikasi maupun penerapan dalam
proses pembelajaran.
6. Apa permasalahan di lapangan yang terkait dengan KTI guru?
Saat ini, jumlah guru dengan golongan IVa, sangat banyak. Jumlah itu akan terus bertambah di
tahun-tahun mendatang. Hal tersebut diakibatkan oleh:
1. Persyaratan kenailkkan golongan IIIa sampai dengan golongan IVa, memungkinkan guru dapat
naik pangkat dengan relatif lancar.
2. Syarat kenaikan pangkat dari golongan IVa ke atas berbeda dengan adanya kewajiban
pengumpulan angka kredit dari unsur Kegiatan Pengembangan Profesi.
3. Bagaimana melakukan ke lima macam kegiatan pengembangan profesi, masih sangat perlu
diperjelas. Mengapa? Akibat dari kekurangjelasan tersebut, menjadikan Karya Tulis Ilmiah (KTI),
sebagai kegiatan paling banyak dilakukan pengawas sekolah)3.
4. Tidak sedikit guru yang “merasa” kurang mampu melaksanakan kegiatan pengembangan
profesinya (= membuat KTI) sehingga menjadikan mereka belum (malas, enggan, tidak mau)
mengajukan usulan kenaikan golongannya.
5. Sementara itu, banyak KTI yang diajukan belum dapat memenuhi syarat sehingga belum
dapat dinilai.
3 Hal tersebut terjadi karena di antara lima macam kegiatan pengembangan profesi, kegiatan pembuatan Karya Tulis
Ilmiah telah mempunyai Pentunjuk Teknis Pelaksanaan yang relative lebih jelas dan operasional dibandingkan
dengan macam kegiatan yang lain.
KTI Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
Suhardjono, 2009
4
MMaassaallaahh
Khasanah
Teori
Khasanah
Teori
Fakta
Empirik
Fakta
Empirik
HHiippootteessiiss
UUjjii H Hiippootteessiiss
KKeessiimmppuullaann
Metode Ilmiah:
deduksi
induksi dan
penyahihan
(verifikasi)
deduksi
induksi
verifikasi
MMaassaallaahh
Khasanah
Teori
Khasanah
Teori
Fakta
Empirik
Fakta
Empirik
HHiippootteessiiss
UUjjii H Hiippootteessiiss
KKeessiimmppuullaann
Metode Ilmiah:
deduksi
induksi dan
penyahihan
(verifikasi)
deduksi
induksi
verifikasi
Beberapa permasalahan dalam praktik penysunan Karya Tulis Ilmiah yang dapat terjadi antara lain:
1. Adanya KTI yang “keasliannya” diragukan. KTI tersebut diduga kuat bukan karya si penulis.
2. Adanya KTI yang tidak ada manfaatnya. KTI yang dihasilkan hanya sekedar gagasan yang
terlalu umum, dan tidak jelas menunjukkan kegiatan apa yang telah dilakukan guru dalam
pengembangan profesinya.
Mengapa hal di atas dapat terjadi? Ada beberapa jawaban :
(a) Ada saja guru yang merasa kurang mampu, atau memang memerlukan peningkatan
kemampuan dalam membuat KTI, sehingga pembuatan KTI merupakan hal yang menyulitkan.
(b) Terdapat pengertian yang keliru. Ada yang berpendapat bahwa yang penting adalah ”ada KTI
untuk dikirimkan kepada tim penilai guna mendapat pernilaian dalam perolehan angka kredit”.
Bagaimana cara membuatnya tidaklah penting.
(c) Sementara itu, di lapangan terdapat banyak peluang untuk meminta tolong orang atau
lembaga lain untuk membuatkan KTI bagi dirinya. Kemajuan di bidang teknologi informasi
menjadikan makin mudah untuk menyalin, menjiplak dan bahkan mengkopi KTI orang lain.
(d) Kehendak untuk “membuatkan KTI” makin membesar karena adanya kabar dari mulut ke mulut,
bahwa ada KTI yang tidak asli pun berhasil memperoleh nilai.
Mengapa banyak KTI yang terlalu dangkal, serta tidak mampu memberikan gambaran tentang
kegiatan pengembangan pengawas sekolah dalam profesinya?
Jawabannya, cukup jelas. KTI seperti itulah yang paling mudah dibuat (atau dibuatkan). Dengan
demikian, KTI yang “terlalu umum” di samping tidak dapat mencerminkan pengembangan profesi
nyata guru di lapangan, juga lebih cenderung kepada KTI yang tidak asli. Berikut adalah contoh
judul-judul KTI yang “terlalu umum” tersebut :
• Manfaat perpustakaan dalam meningkatkan mutu pendidikan.
• Peran KBK dalam upaya mencerdaskan siswa.
• Hubungan IQ dengan nilai matematika.
• Pengaruh kondisi sosek orangtua terhadap prestasi siswa.
• dan lain-lain
Meskipun semua judul KTI tersebut berada dalam bidang pendidikan, dan tampaknya tidak ada
yang salah, tetapi betapa mudahnya KTI tersebut dipakai, atau ditulis kembali untuk diajukan oleh
pengawas sekolah yang lain. Pengalaman menunjukkan KTI semacam itulah yang banyak dijumpai.
Penelitian
7. Apakah yang Dimaksud dengan Penelitian?
Penelitian (riset, research) merupakan penyelidikan suatu masalah secara sistematis, kritis, ilmiah, dan
lebih formal. Penelitian bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu
pengetahuan yang memiliki kemampuan deskripsi dan/atau
prediksi.
Kerja penelitian umumnya terdiri dari beberapa langkah
utama, yaitu :
• melakukan kajian terhadap permasalahan,
• melakukan kajian teoritik dari permasalahan untuk
kemudian secara deduksi dirumuskan menjadi
hipotesis dari masalah yang dihadapi,
• mengumpukan data empirik guna pengujian
hipotesis,
• mengadakan uji hipotesis, dan
• menarik kesimpulan.
KTI Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
Suhardjono, 2009
5
Penelitian di bidang
pembelajaran ditandai
adanya permasalahan
tentang hal-hal yang
bekaitan dengan
proses-mengajar-belajar
PTK merupakan bagian dari
penelitian tindakan dengan
tujuan yang spesifik yang
berkaitan dengan “kelas
(classroom)”
8. Bagaimana Penelitian di Bidang Pembelajaran?
Penelitian di bidang pembelajaran ditandai adanya permasalahan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan proses-mengajar-belajar. Ciri khas dari penelitian pembelajaran adalah adanya kajian yang
berhubungan dengan penerapan rancangan, sajian dan evaluasi
pembelajaran yang ditujukan untuk mencapai hasil belajar tertentu,
pada suatu tujuan, karakteristik siswa, lingkungan dan atapun
kondisi pembelajaran spesifik.
Melalui kegiatan pengembangan profesi, hendaknya para guru dapat
menyelesaikan masalah pembelajarannya melalui kegiatan nyata di
kelasnya. Kegiatan nyata itu, ditujukan untuk meningkatkan mutu
proses dan hasil pembelajarannya yang dilaksanakan secara
profesional. Hanya dengan cara itu, maka mereka akan dalam mengembangan profesinya.
9. Bagaimana Hubungan Penelitian dengan Penelitian Tindakan?
Mengingat luasnya cakupan kerjanya, penelitian dikelompokan dan diberi “nama yang spesifik”.
Misalnya, penelitian diskriprif dan penelitian eksperimental, dan ada pula yang dinamakan penelitian
tindakan (action research).
Penelitian tindakan bukan lagi bermaksud mengetes sebuah perlakuan (tindakan), tetapi peneliti
telah keyakinan akan ampuhnya sesuatu perlakuan. Peneliti langsung menerapkan perlakuan tersebut
dengan hati-hati sambil mengamati proses serta dampak perlakuan tersebut. Sehingga penelitian
tindakan ini sering disebut juga sebagai tindak lanjut dari penelitian deskriptif maupun eksperimen.
Ada pula yang menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan
penelitian eksperimen dengan ciri yang khusus. Jika dalam penelitian
eksperimen peneliti ingin mengetahui akibat dari suatu perlakuan
(treatment, tindakan, atau “sesuatu” yang dilakukan), maka pada
penelitian tindakan, peneliti mencermati kajiannya pada proses dan
akibat dari tindakan yang dibuatnya. Berdasar hasil pencermatan
itu, dapat dilakukan tindakan berikutnya, sehingga diperoleh informasi
yang mantap tentang dampak tindakan yang dibuatnya. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan
untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat
dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
Penelitian tindakan banyak dilakukan baik oleh guru maupun pengawas. Bila dilakukan guru umum
disebut sebagai Penelitian Tindakan Kelas dan disingkat dengan PTK. Sedangkan bila dilakukan oleh
pengawas sekolah, disebut sebagai Penelitian Tindakan Sekolah atau disingkat dengan sebutan
PTK.4
Tujuan utama PTS adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam sekolah-sekolah
yang berada dalam binaan pengawas sekolah. Sedangkan PTK adalah penelitian tindakan (action
research) yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di
kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dan
bukan pada input kelas (silabus, materi,dll) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau
mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
10. Bagaimana Kerangka Isi Laporan PTK?
Proses penyusunan laporan ini tidak sulit apabila sejak awal guru sudah disiplin mencatat apa saja
yang sudah dilakukan. Kerangka penulisan KTI yang berupa hasil laporan kegiatan penelitian, pada
umumnya adalah sebagai berikut:
4 Ada pula yang menyebutkan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yang dilakukan oleh pengawas sekolahg sebagai Penelitian
Tindakan Institusi, atau Penelitian Tindakan Kepengawasan. Sedangkan penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru BK sering
pula disebut sebagai Penelitian Tindakan Layanan (PTL)
KTI Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
Suhardjono, 2009
6
Umumnya KTI yang berupa laporan PTK menggunakan kerangka isi sebagai berikut:
Bagian Awal yang terdiri dari: (a) halaman judul; (b) lembaran persetujuan dan
pernyataan dari kepala sekolah yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis; (c)
pernyataan dari perpustakaan yang menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan
diperpustakannya, (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat dan ditandatangi oleh penulis,
(e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada : daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran),
serta (g) abstrak atau ringkasan.
Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa bab yakni: (Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan
tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui
rencana tindakan yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II)
Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori dan pustaka yang
menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan; (Bab III)
Metode Penelitian atau Metodologi Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian;
(Bab IV) Hasil penelitian dan pembahasan serta mengemukakan gambaran tentang
pelaksanaan tindakan, dimulai dari setting atau pengaturan siswa, penjelasan umum jalannya
pembelajaran diikuti penjelasan siklus demi siklus; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.
Bagian Penunjang terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan
untuk menunjang isi laporan. Lampiran utama yang harus disertakan adalah (a) semua
instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh
hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c) dokumen
pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.
11. Bagaimana laporan PTK yang belum dapat dinilai?
Laporan PTK yang belum dapat dinilai
sebagai KTI pengembangan profesi
Pertama : bila TIDAK mememuhi
persyaratan APIK. Khususnya bila tidak
Asli dan tidak perlu.
Kedua : (a) dinyatakan sebagai PTK
tetapi tidak tampak apa, bagaimana dan
mengapa TINDAKAN yang dilakukan.(b)
Tidak ada uraian yang menjelaskan apa
perbedaan tindakan dilakukan pada PTK
dengan tindakan yang selama ini
dilakukan (c) Yang dilaporkan buka PTK
tetapi laporan pelaksanaan
pembelajaran yang biasa dilakukan.
bab 12 30
PTK yang ditolak
tidak jelas apa, bagaimana dan mengapa kegiatan
tindakan yang dilakukan, juga tidak jelas bagaimana
peran hasil evaluasi dan refleksi pada penentuan
siklus-siklus berikutnya.
apa yang dijelaskan dalam laporan tersebut hanya
berupa laporan pembelajaran yang biasa, tidak ada
tindakan yang merupakan pembaharian dari kegiatan
yang biasa dilakukan, tahapan dalam siklus sama
dengan tahapan pembelajaran biasa. PTK bukan
pembelajaran biasa tetapi merupakan proses
mencoba dan menganalisis penggunaan metode baru
yang diutamakan bukan hanya hasil tetapi prosesnya
KTI Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
Suhardjono, 2009
7
12. Apa ada KTI selain laporan
PTK?
ADA. Banyak salah-pengertian tentang
KTI dalam kegiatan pengembangan
profesi. Ada yang menyatakan bahwa KTI
tersebut harus berupa laporan PTK. ITU
TIDAK BENAR. KTI pengembangan
profesi banyak macamnya. Untuk guru
ada tujuh macam bentuk KTI yang dapat
dipakai dalam kegiatan pengembangan
profesinya
13. Bagaimana KERANGKA ISI dan penjelasan KTI ?
suhardjono 2009 3
Macam KTI Gurru
1. Laporan hasil penelitian
2. Tinjauan atau ulasan ilmiah
3. Tulisan ilmiah populer
4. Prasarana dalam kegiatan
ilmiah
5. Buku pelajaran atau modul
6. Diktat pelajaran
7. Karya penerjemahan
suhardjono 2009 4
La po r a n Ha sil Pen el it ia n
• Bab Pendahuluan: Latar Belakang Masalah,
Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah,
Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian
• Bab Tinjauan Pustaka
• Bab Metode Penelitian
• Bab Hasil-hasil dan Diskusi Hasil Penelitian
• Bab Simpulan dan Saran-Saran.
LAMPIRAN : dokumen pelaksanaan penelitian
lengkap
1
suhardjono 2009 5
Tin ja u a n At a u Ul a sa n Il mia h
• BabPendahuluanmenjelaskan tentang Latar
BelakangMasalah, PerumusanMasalah dan Cara
PemecahanMasalah, Tujuan dan Kemanfaatan tinjuan
atau ulasan ilmiah yang ditulis
• Bab Uraian Teori dari hal yang dipermasalahkan
• Bab Uraian Fakta dari hal yang dipermasalahkan
• Bab Diskusi yang menyangkut upaya pemecahan
masalahmenurut gagasan si penulis
• BabSimpulan danSaran-Saran
2
suhardjono 2009 6
Tu l isa n Ilmia h Po pu l er
Kerangka isinya lebih bebas.
Tidakmenggunakan urutan kerangka isi yang
baku
Tujuan penulisan secara populer adalah agar
menarik danmudah dipahami oleh para
pembacanya.
Sebagaimana tulisan ilmiah pada umumnya,
kerangka isi tulisan ilmiah populer terdiri dari 3
(tiga) bagian, yakni pendahuluan, isi dan
penutup.
3
KTI Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
Suhardjono, 2009
8
suhardjono 2009 7
Pr a s a r a n Pa d a Pe r t emu a n Il mia h
Menjadi pembicara dalam satu pertemuan ilmiah
tentunya harus menyiapkan makalah sebagai
penunjang sajian lisannya.
Makalah dalam pertemuan ilmiah yang berupa
prasaran ilmiah itu, dapat digunakan sebagai KTI pada
kegiatan pengembangan profesi guru.
Isi prasaran dapat berupa intisari dari suatu laporan
hasil penelitian, pengkajian, survey, dan evaluasi
maupun tinjauan ilmiah.
Kerangka penulisan sesuai penyelenggara
4
suhardjono 2009 8
Bu k u Pe l a ja r a n / Mo d u l
Buku Pelajaran, sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan oleh guru ybs.
Judul bab atau topik isi bahasan,
Penjelasan tujuan bab, Uraian isi
pelajaran, Penjelasan teori ,
tambahkan gambar, bagan, atau
penjelas lainnya, Sajian contoh, Soal
latihan
5
suhardjono 2009 9
Dik t a t
• Diktat, materi pelajaran tertulis buatan
guru untuk mempermudah / memperkaya
materi mata pelajaran
• Judul bab atau topik isi bahasan
Penjelasan tujuan bab
Uraian isi pelajaran
Penjelasan teori
Sajian contoh
Soal latihan
6
suhardjono 2009 10
Te r jema h a n
• Karya tulis terjemahan adalah hasil
karya penerjemahan buku
pelajaran atau karya ilmiah dari
bahasa asing ke Bahasa Indonesia
atau sebaliknya, atau dari Bahasa
Daerah ke Bahasa Indonesia atau
sebaliknya.
7
KTI Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
Suhardjono, 2009
9
14. Apakah Yang Dimaksud Dengan KTI Yang APIK?
Sebagai karya tulis ilmiah Laporan PTK memenuhi kriteria “APIK,” yaitu
1. A sli, bila berupa laporan PTK harus mampu menunjukkan bahwa kegiatan PTK memang
benar-benar telah dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Untuk itu sangat penting
untuk melampirkan selengkap mungkin bukti-bukti pelaksanaan PTK, misalnya (a) semua
instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, isntrumen,
check list, dll, b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh
guru maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto
kegiatan, daftar hadir, ijin kepala sekolah, dan lain-lain.
2. P erlu, bila berupa laporan PTK, maka laporan tersebut harus mampu meyakinkan bahwa
kegiatan PTK yang dilakukan benar-benar mempunyai manfaat. Bukan hal yang
mengada-ada, atau memasalahkan sesuatu yang tidak perlu lagi dipermasalahkan, atau
hanya merupakan laporan kegiatan pembelajaran yang biasa-biasa, dan bukan merupakan
penerapan model pembelajaran yang baru.
3. I lmiah, penelitian harus berbentuk, berisi, dan dilakukan sesuai dengan kebenaran ilmiah.
Untuk itu laporan PTK harus mengikuti kerangka isi penulisan yang telah ditetapkan. Sedang
untuk macam KTI yang lain juga harus sesuai dengan presyaratan dan kerangka yang
ditetapkan.
4. K onsisten, bila penulisnya seorang guru, maka penelitian haruslah berada pada bidang
kelimuan yang sesuai dengan kemampuan guru tersebut, di kelasnya dan untuk mata
pelajarannya. Hal-hal yang dipermasalahkan dalam KTI guru hendaknya berkaitan dengan
matapelajarannya dan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
belajar di kelasnya. Sangat tidak berkesesuaian, tidak konsisten, bila guru melakukan
kegiatan pengembangan profesi pengawas sekolah, kepala sekolah, dan juga sebaliknya.
15. Apa benar hambatan kenaikan ke golongan IVb, akibat banyaknya KTI yang
ditolak?
Saat ini jumlah guru yang telah berada pada golongan IVa sangatlah banyak. Sementara itu, guru
yang sudah bergolongan IVb ke atas jumlahnya relatif sedikit. Banyak keluhan atas hal itu. Di
antaranya dengan “menyalahkan” adanya persyaratan Angka Kredit untuk kegiatan
pengembangan profesi. Atau bahkan menyatakan, kegagalan itu akibat banyaknya KTI yang
ditolak. Benarkah demikian?
Dari pengamatan di lapangan, yang terjadi adalah masih SEDIKIT guru golongan IVa yang telah
mengajukan usulan kenaikan pangkatnya. Mengapa? Banyak alasannya. Salah satu di antaranya
adalah kekurangmampuan dan ketidakmauan. Banyak guru merasa kurang MAMPU
membuat KTI. Juga tidak sedikit yang kurang MAU.
Untuk itu penjelasan tentang bagaimana sebenarnya KTI pengembangan profesi itu (yang tidak
“sesulit dan setara” KTI untuk skripsi, tesis apalagi desertasi) sangat perlu lebih dijelaskan pada
para guru. Sosialisasi tersebut hendaknya juga ditujukan tidak hanya meningkatkan KEMAMPUAN
tetapi yang lebih penting adalah untuk juga meningkatkan KEMAUAN guru.
KTI Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
Suhardjono, 2009
10
Penutup
Dalam penutup ini ingin saya sarikan isi makalah ini :
1. Membuat KTI merupakan salah satu bagian dari macam Kegiatan Pengembangan Profesi.
2. Macam KTI juga banyak. Tidak hanya berupa laporan penelitian. Memang, akhir-akhir ini
KTI yang berupa hasil penelitian sangat diminati guru.
3. KTI yang baik adalah yang APIK (Asli, Perlu, Ilmiah, dan Konsisten)
4. Masing-masing KTI mempunyai kerangka isi yang berbeda-beda, dan juga besaran Angka
Kredit yang tidak sama.
5. Banyak guru belum mengusulkan kenaikan pangkat IVb karena kemampuan dan kemauan
dalam membuat KTI masih rendah
6. Untuk itu perlu sosialisi KTI yang benar dan memotivasi. Penjelasan yang benar dan
memotivasi menjadi sangat penting.
7. Semoga saja kegiatan KTI-On Line telah dimaksudkan untuk itu. Dan bukan
justru membuat guru makin tidak paham, dan makin tidak termotivasi.
Kepustakaan
Keputusan Menteri Negera Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
kreditnya
Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan kebudayaan dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun 1993 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Arikunto, Suharsimi, (2002), Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada Pendidikan dan Pelatihan (TOT) Pengembangan Profesi bagi
Jabatan Fungsionla Guru, 11-20 Juli 2002 di Balai penataran Guru (BPG) Semarang, yang diselenggarakan oleh Proyek
Pengembangan Sistem dan Standar profesional Tenaga Kependidikan Dasar dan Menengah, Direktorat jenderal pendidikan
Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Hopkins, David (1993) A Teacher Guide to Classroom Reseach. Philadelpia: Open University Press.
Kemmis and McTaggart (1994) The Action Research Planner, Dekain University
Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit
Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen.
Suhardjono (2003) Penelitian Tindakan Kelas. Makalah pada Diklat Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsional Guru, Direktorat
Tenaga Kependidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional
Suhardjono, (2005), Laporan Penelitian Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas sebagai KTI, makalah pada pelatihan
peningkatan mutu guru di Makasar, Jakarta tahun 2005
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara
Suhardjono (2009) Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah, kumpulan tanya jawab (naskah buku)
Data Pemakalah
Prof. Suhardjono, lahir di Kebumen, 23 Maret 1946. Sarjana Teknik Sipil Universitas Brawijaya
tahun 1972. Diploma on Hydraulic Engineering dari International Institute of Hydraulic Engineering
TH Delft, Nederland, 1977, Magister Kependidikan IKIP Jakarta tahun 1982, dan lulus sebagai Doktor
Kependidikan bidang Studi Teknologi Pembelajaran IKIP Malang, 1990. Guru Besar dalam Metode
Penelitian tahun 2000. Ia mengikuti berbagai pendidikan tambahan, di bidang kependidikan dan
pengembangan sumber daya air baik di dalam maupun di luar negeri, antara lain di University of
Newcastle, Inggris (1997), International Institute for Infrastructural, Hydraulic and Enviromental
Engineering, Manila (1996), State University of New York at Albany, USA (1988), University of
Southern California, Los Angeles, USA (1980).
Dosen tetap di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang, sejak tahun 1970. Mendapat tugas
tambahan sebagai dekan selama dua periode yaitu tahun 1982-1985, dan tahun 2001-2005, ketua
P3AI Unibraw 1996-2001, serta pernah mendapat berbagai tugas kependidikan yang lain. Di
antaranya sejak 1996 membantu sebagai anggota tim teknis penilai dan penatar KTI dalam pengembangan profesi guru, serta
menulis beberapa buku tentang penelitian tindakan kelas.

1 komentar:

  1. Saya ingin mengetahui lebih lanjut tentang syarat KTI yang dari karya terjemahan, apakah berupa karya terjemahan yang baru dan belum pernah dipublikasikan, atau harus sudah dipublikasikan.

    BalasHapus